“Cinta ini membunuhku”, itu bahasa
D’Masiv
“Wahai kematian, datanglah cepat kemari, hisap dan dekap tubuhku yang penuh cinta ini”, kalau yang ini kata William Shakespeare dalam Romeo and Juliet.
Kahlil Gibran mengungkapkan dalam syairnya, “Bila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya meski jalan yang kalian tempuh terjal dan mendaki”.
Kisah cinta datang dan pergi dari masa ke masa, menyuarakan hal yang sama dengan redaksi berbeda. Silih berganti dari Layla Majnun, Tristan und Isolde, Roro Mendut dan Pronocitro, sampai Romeo and Juliet.
Cerita cinta selalu meggebu dan indah, meskipun ketika kita pandang
jauh dari sisi lain, kadang buta, tidak nyata dan fatamorgana.
Ya benar, kita sering bingung dalam memaknai cinta. Lauren Slater dalam National Geographic edisi 2006 mengatakan, “Sulit untuk memisahkan pembicaraan antara cinta dan penyakit mental”. Maria dalam Ayat-Ayat Cinta mengatakan dengan redaksi yang berbeda, “Cinta adalah siksaaan yang manis”.
Apakah cinta, mencintai dan dicintai adalah salah?
Jawabannya adalah tidak. Cinta itu indah, cinta itu semangat dan cinta
itu adalah kebahagiaan. Bahkan mungkin kekuatan kita untuk mencintai
adalah titik tertinggi dari hakekat cinta (halah)
Hanya permasalahan utama dari para pemuda dan pemudi
yang kebetulan sedang jatuh, menjatuhi atau dijatuhi cinta adalah ada di
dua hal: salah meletakkan posisi hati dan salah mendefinisikan cinta.
1. LETAKKAN POSISI HATI DENGAN BENAR
Cinta berhubungan dengan hati, itu pasti, karena di
dalam hati ada unsur keindahan, semangat dan kebahagiaan, maka 3 hal ini
ada kemungkinan besar berhubungan dengan cinta. Banyak dari kita yang
meletakkan posisi kebersamaan dan penerimaan cinta sebagai titik
tertinggi dari keindahan, semangat dan kebahagiaan. Karena itu kita
gusar, sedih, dan sengsara ketika cinta kita tidak diterima oleh sang
pujaan hati. Dan kita sangat menderita ketika kita tidak bisa memiliki
kebersamaan dengan sang kekasih tercinta. Inilah titik sentral masalah
cinta ala Layla – Qais, Roro Mendut – Pronocitro, maupun Romeo – Juliet.
Menempatkan posisi kebersamaan dan penerimaan bukan
sebagai titik tertinggi dari cinta adalah faktor terpenting yang membuat
cinta tidak akan bisa membunuh kita
. Saya selalu menempatkan posisi keindahan, semangat dan kebahagiaan
saya ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain, mencapai suatu
prestasi, dan bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan orang lain.
Ketika banyak orang lain berlomba-lomba untuk mencintai orang lain,
bahkan dengan cinta buta, saya berusaha berdjoeang untuk mencintai diri
saya sendiri. Inilah cinta dengan logika.
Mencintai diri sendiri bukan berarti banyak tidur,
banyak santai, atau banyak rekreasi. Mencintai diri sendiri artinya:
saya harus berprestasi, saya harus berhasil dan sukses, saya harus
bermanfaat untuk orang lain, saya harus bisa membuka lapangan kerja
baru, saya harus memberi beasiswa ke banyak orang, dsb. Implikasinya
mungkin sangat berat, karena saya harus bekerja lebih keras, mengurangi
tidur, atau mendisiplinkan diri saya sendiri. Tapi itu semua saya
lakukan karena saya mencintai diri saya sendiri. Ya inilah mungkin
hakekat dari ungkapan si Maria, “Cinta adalah siksaan yang manis”. Bagi
saya, mencintai diri sendiri adalah modal penting dalam kesuksesan
mencintai orang lain.
Kebersamaan dan penerimaan bukan sesuatu yang selalu
membahagiakan saya. Kadang saya secara fisik harus meninggalkan semua
orang yang saya kasihi dan cintai. Kadang saya harus bersikap keras
kepada para pedjoeang saya, kepada sahabat saya dan bahkan kepada istri
dan anak-anak saya, sehingga sering mereka sulit memahami dan menerima
saya. Tapi itu semua saya lakukan karena cinta saya yang teramat sangat
kepada mereka, saya tidak ingin mereka gagal, saya ingin semua orang
bisa berhasil, dan memberi manfaat kepada orang lain dengan lebih baik.
Dan inilah cara saya
menghembuskan ayat-ayat cinta kepada mereka
Meskipun sebenarnya ada kebersamaan dan penerimaan
cinta yang selalu saya bahagiakan dan harapkan, yaitu dari Sang Penguasa
Alam dan Pemilik Jagad Raya. Inilah koridor penting jalan cinta kita,
ingat bahwa cinta mati hanya milik Allah sang penguasa jagad raya bukan
untuk makhluk Allah.
Jadi pesan saya, wahai para pemuda, mari letakkan
posisi hati kita pada tempatnya. Cinta itu tidak akan membunuhmu,
kesalahan posisi hati itulah yang akan membunuhmu.
2. UBAH DEFINISI DAN PARADIGMA CINTA
Kesalahan kedua yang sering kita lakukan adalah
kesalahan memahami definisi dan paradigma cinta. Banyak penelitian
tentang cinta dilakukan. Salah satu yang cukup terkenal adalah formula
cinta dari Robert J Sternberg: A Triangular Theory of Love (Teori Segitiga Cinta).
Menurut Sternberg, jenis cinta tergantung dari sifat
hubungan kita dengan orang lain. Komitmen saja tanpa gairah dan
keakraban adalah Cinta Kosong. Gairah saja tanpa dua
unsur yang lain artinya tergila-gila. komitmen dan keakraban tanpa
gairah menjadikan persepsi cinta sebagai Cinta Persahabatan. Keakraban dan gairah tanpa komitmen membuat Cinta Romantis. Sedangkan komitmen dan gairah tanpa keakraban menyebabkan Cinta Buta. Ketika kita berhasil menyatukan komitmen, gairah dan keakraban maka akan terjadi Cinta Sempurna.
Banyak yang masih meragukan teori ini bisa berlaku
valid untuk semua jenis hubungan cinta, misalnya cinta seorang anak
kepada ibunya dan sebaliknya. Hasil penelitian dari Lauren Slater juga mengisyaratkan bahwa susunan kimia otak pemicu romantika, ternyata tidak ada hubungannya dengan komitmen yang memupuk kelekatan jangka panjang. Salim A Fillah, penulis buku Jalan Cinta Para Pejuang, mengatakan bahwa Komitmen adalah sudut kunci dalam teori cinta Robert J Sternberg. Komitmen adalah ikrar kerelaan berkorban, memberi dan bukan meminta, berinisiatif tanpa menunggu dan memahami bukan menuntut.
Sebagian masalah cinta mungkin bisa terwakili oleh Teori Segitia Cinta-nya Sternberg.
Tapi kalau kita coba simpulkan dari berbagai referensi lain, dari
pandangan Slater, Salim A Fillah dan Anis Matta lewat seri cinta dan
pahlawannya di majalah Tarbawi. Cinta Sempurna adalah suatu proses
panjang, hasil dari cinta kasih dua manusia yang terjalin dalam suatu
hubungan yang sah. Cinta Sempurna bukanlah cinta pada pandangan pertama,
karena itu mungkin hanya suatu gairah atau ketergila-gilaan, istilahnya
Slater. Cinta Sempurna juga bukan cinta lokasi, cinta monyet,
cinta jadi-jadian, cinta karena fisik atau cinta karena harta dan tahta.
Cinta Sempurna adalah hasil suatu perdjoeangan panjang.
Hasil dari kekuatan kita untuk menyelesaikan masalah perbedaan,
memahami kekurangan dan kelebihan, merekatkan hati dan komitmen untuk
tetap ada di jalanNya.
Mudah-mudahan ketika terjadi penolakan cinta, kita
berani berikrar dengan gagah, ”Lupakan dirimu dan aku akan kembali
padaNya”. Catat bahwa huruf N untuk Nya itu harus kapital
Jangan lupa ubah
genjrengan gitar kita dari lagu kenangan kisah cinta, ke lagu:
Menghapus Jejakmu (Peterpan), Baiknya (Ada Band), Musnah (Andra and The Backbone), atau Aku Bukan Untukmu (Rossa) hihihi …
Resapi dua syair ini:
Baiknya semua kenangan yang terindah, tak ku balut dengan tangis
Baiknya setiap kerinduan, yang merajam tak kuratapi penuh penyesalan
Ingatlah bahwa para legenda tidak pernah mengejar cinta, karena itu:
Janganlah kalian mengejar cinta. Jadilah legenda
yang penuh dengan prestasi dan manfaat untuk orang lain, maka cinta akan
silih berganti mengejar kalian. Dan ketika masa itu datang, pilihlah
takdir cintamu, kelola cintamu, atur kadarnya, arahkan posisinya, dan
kontrol kekuatan cinta sesuai dengan tempatnya.
Dan itulah jalan cinta para legenda …